Perencanaan keuangan adalah kunci untuk mencapai stabilitas finansial, namun banyak orang sering terjebak dalam kesalahan yang membuat mereka gagal mencapai tujuan.
Misalnya, ada yang merasa sudah hemat tapi tiba-tiba tagihan utang menumpuk. Masalah ini bukan hanya soal angka di rekening, tapi juga pola pikir yang salah kaprah. Jika dibiarkan, dampaknya bisa merugikan jangka panjang, mulai dari sulit membeli rumah hingga terjebak dalam lingkaran utang tanpa akhir.
Tenang saja, kamu bisa menghindari semua itu dengan memahami lima kesalahan umum dalam perencanaan keuangan serta solusi praktisnya.
1. Tidak Punya Anggaran Bulanan
Banyak orang berpikir bahwa cukup dengan menyimpan uang sisa setelah semua pengeluaran terpenuhi. Sayangnya, cara ini jarang berhasil karena pengeluaran cenderung membengkak tanpa kontrol. Anggaran bulanan adalah alat penting untuk melacak pendapatan dan pengeluaran secara sistematis. Dengan anggaran, kamu bisa mengetahui prioritas pengeluaran dan membatasi konsumsi impulsif.
Misalnya, jika kamu mendapat gaji Rp 10 juta per bulan, sebaiknya alokasikan 50% untuk kebutuhan pokok, 30% untuk gaya hidup, dan sisanya untuk tabungan atau investasi. Tanpa anggaran, kamu mungkin akan tergoda belanja online berulang kali hingga saldo habis tanpa jejak. Ingat, anggaran bukan batasan, melainkan panduan agar uangmu bekerja sesuai kebutuhan nyata.
Untuk memulai, gunakan aplikasi pencatat keuangan yang mudah digunakan. Konsistensi adalah kuncinya. Saat kamu disiplin mengikuti anggaran, rasa lega akan datang ketika melihat uangmu tersusun rapi dan tujuan finansialmu semakin dekat.
2. Tidak Memiliki Dana Darurat
Kehidupan penuh ketidakpastian. Kamu mungkin sehat hari ini, tapi besok sakit mendadak. Atau mobil yang biasa dipakai tiba-tiba rusak parah. Itulah mengapa dana darurat sangat penting, namun banyak yang mengabaikannya. Dana darurat adalah simpanan yang disiapkan untuk keadaan tak terduga, minimal 3-6 kali pengeluaran bulanan.
Sayangnya, banyak orang lebih suka menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak mendesak, seperti gadget baru atau liburan mahal. Padahal, ketika keadaan darurat datang, mereka harus berutang atau menjual aset. Bayangkan jika kamu memiliki dana darurat Rp30 juta, kamu tidak perlu panik saat harus membayar biaya rumah sakit mendadak.
Mulailah menabung sedikit demi sedikit. Pisahkan dana ini dari rekening utama agar tidak tercampur dengan pengeluaran rutin. Rasa aman yang kamu rasakan nantinya akan sepadan dengan usaha yang kamu keluarkan.
3. Salah Menggunakan Utang
Utang sering dianggap negatif, padahal jika digunakan dengan bijak, utang bisa menjadi alat untuk meningkatkan kesejahteraan finansial. Namun, masalah muncul ketika utang digunakan untuk hal-hal konsumtif, seperti membeli barang mewah yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Cicilan tanpa jaminan misalnya, bisa menjadi solusi fleksibel asalkan digunakan untuk tujuan produktif.
Salah satu platform yang menawarkan cicilan fleksibel adalah Kredivo. Bagi member Premium, Kredivo bahkan memberikan opsi cicilan 1 bulan tanpa bunga. Fitur ini cocok untuk pembelian barang yang benar-benar dibutuhkan, seperti laptop kerja atau peralatan rumah tangga. Namun, pastikan kamu mampu membayar tepat waktu agar tidak terkena denda.
Penting untuk selalu membedakan antara utang produktif (investasi) dan utang konsumtif (gaya hidup). Dengan begitu, kamu bisa memanfaatkan fasilitas kredit seperti Kredivo tanpa merusak kondisi keuangan.
4. Menunda Investasi
Investasi adalah cara efektif untuk melawan inflasi dan menumbuhkan kekayaan. Namun, banyak orang menunda-nunda karena takut rugi atau merasa belum punya cukup uang. Padahal, investasi bisa dimulai dari nominal kecil, misalnya Rp100 ribu per bulan.
Ada banyak instrumen investasi yang bisa dipilih, mulai dari reksa dana hingga saham. Pilih yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan finansialmu. Misalnya, jika ingin dana pensiun, reksa dana pasar uang bisa menjadi pilihan aman.
Jangan biarkan ketakutan menghalangi peluangmu. Semakin cepat kamu mulai, semakin besar potensi pertumbuhan uangmu di masa depan.
5. Tidak Melibatkan Pasangan dalam Perencanaan Keuangan
Bagi yang sudah menikah, kolaborasi dalam perencanaan keuangan sangat penting. Banyak pasangan gagal mencapai tujuan finansial karena tidak transparan soal pengeluaran atau memiliki visi yang berbeda. Diskusikan bersama tentang anggaran, tabungan, dan investasi.
Rasa saling percaya dan komunikasi terbuka akan memperkuat hubungan finansial kalian. Ketika satu sama lain mendukung, perjalanan menuju stabilitas keuangan akan terasa lebih ringan.